Jumat, 20 Januari 2012

Thesis : Pengaruh Pendidikan, Permodalan dan Pembinaan dalam meningkatkan kinerja Industri Kecil Hasil Pertanian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Kabupaten Kerinci merupakan salah satu Kabupaten dalam Propinsi Jambi yang terletak diujung paling Barat. Daerah ini berada di sepanjang bukit barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung dan ketinggian Kabupaten Kerinci antara 500 mdpl s/d 1500 mdpl, dengan luas wilayah Kabupaten Kerinci adalah 420.000 Ha yang terdiri dari Lahan Budidaya, Pemukiman dan sebagainya seluas 205.000 ha (48,81 %) dan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seluas 215.000 ha (51,19 %).
Sumber daya wilayah Kabupaten Kerinci sangat kaya dan beragam baik hayati maupun non hayati, sehingga merupakan potensi besar sebagai modal pembangunan ekonomi.  Akan tetapi potensi itu belum tereksploitasi secara optimal, selama ini wilayah tersebut tidak begitu dianggap dan cenderung terabaikan dari perhatian para pengambil kebijakan.  Padahal, sebagian wilayah tersebut merupakan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang tidak boleh diganggu dan harus dijaga kelestariannya.
Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci berdasarkan data Badan Pusat Statistik sebanyak 310.762 jiwa dengan kepadatan Penduduk rata-rata di Kabupaten Kerinci  berdasarkan Luas Wilayah adalah 74 Jiwa/Km2. Kepadatan penduduk diluar wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (dihitung berdasarkan luas Lahan Budidaya) yaitu 151 Jiwa/Km2.  Sebagian besar penduduk Kabupaten Kerinci bekerja di Lapangan Usaha Sektor Primer yakni Pertanian, perikanan dan perkebunan (74 %) sesuai dengan Potensi Daerah Kabupaten Kerinci, selanjutnya Lapangan Usaha Sektor Sekunder yakni Industri Pengolahan dan Pertambangan (4%) serta Sektor Tersier yakni perdagangan, restoran, angkutan, lembaga keuangan, perumahan dan jasa    (22%).
Dengan mempertimbangkan potensi yang ada dan aspirasi masyarakat Kabupaten Kerinci, maka Visi Kabupaten Kerinci adalah “Mewujudkan Masyarakat Madani, Berbasis Agribisnis yang Tangguh dan Pariwisata yang Unggul”.  Visi tersebut akan digapai melalui sejumlah misi Kabupaten Kerinci, yaitu :
(1) Perwujudan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, (2) Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, dan agama, (3) Pengembangan agribisnis, (4) Pengembangan pariwisata berlandaskan adat, budaya dan agama, (5) Pengembangan usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi, (6) Peningkatan kemampuan keuangan daerah, (7) Peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, (8) Peningkatan keamanan, ketertiban masyarakat dan penegakan supremasi hukum, (9) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana dasar, dan (10) Peningkatan kesejahteraan sosial. Strategi Pembangunan yang dilakukan adalah : (1) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, (2) Pembangunan ekonomi berbasis sistem ekonomi kerakyatan, (3) Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, (4) Pengelolaan keuangan daerah secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab, (5) Pengembangan jaringan kerjasama pembangunan.
Secara geografis wilayah Kabupaten Kerinci sangat potensial untuk dikembangkan.   Namun tantangan yang dihadapi untuk membuka lapangan usaha baru juga semakin berat.  Beratnya tantangan tersebut dikarenakan disatu sisi luas wilayah yang sebagian besar merupakan kawasan TNKS dan dengan angka pertambahan penduduk yang tinggi, sedangkan  disisi lain lahan budidaya semakin sempit. Upaya peningkatan pendapatan masyarakat terus dilaksanakan dengan memprioritaskan pembangunan disektor ekonomi kerakyatan yang menyentuh langsung terhadap masyarakat yang bergerak di usaha kecil dan menengah, diantaranya sektor pembangunan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan, dan koperasi.
Kabupaten Kerinci yang mempunyai potensi bahan baku industri pengolahan berupa Beras, Kentang, Ubi, Keladi, Kacang, Cassiavera telah menumbuhkan beberapa usaha industri kecil pengolahan hasil pertanian dan perkebunan. Potensi Industri Kecil di Kabupaten Kerinci saat ini sangat menggembirakan dan berpeluang untuk berkembang, sampai tahun 2006 sebanyak 1.255 unit usaha, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.492 orang, Nilai investasi sebesar Rp. 14.580.892.000,- Nilai Bahan Baku/Penolong sebesar           Rp. 1.025.390.774,- dan Nilai Produksi sebesar  Rp. 1.721.378.663,-
Sentra Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.




Tabel 1 : Sentra Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci
No
Nama Sentra
Unit Usaha (UU)
Tenaga Kerja (Orang)
Nilai Investasi (Rp.000)
Nilai Bahan Baku (Rp.000)
Nilai Produksi (Rp.000)
1
Gula Tebu Desa Giri Mulio
12
35
133.000,-
106.455,-
177.408,-
2
Gula Tebu Lindung Jaya
18
41
184.000,-
121.651,-
202.752,-
3
Gula Tebu Kampung Baru
20
41
20.000,-
117.850,-
196.416,-
4
Gula Tebu Sungai Haur
27
56
308.000,-
150.850,-
266.112,-
5
Gula Merah Aren Desa Baru Semurup
50
104
52.000,-
1.712.850,-
2.808.000,
6
Gula Merah Aren Desa Belui Tinggi
15
31
15.000,-
509.900,-
837.000,-
7
Gula Merah Aren Desa Air Panas
11
27
12.000,-
411.050,-
675.000,-
8
Gula Merah Aren Desa Koto Mebai
10
20
10.000,-
328.950,-
540.000,-
9
Opak Talang Lindung
29
58
87.000,-
97.440,-
162.400,-
10
Kerupuk Tepung Sungai Ning
15
60
90.080,-
78.080,-
289.000,-
11
Keripik Keladi Batu Hampar
6
12
7.000,-
52.746,-
87.000,-
12
Tempe Bedeng Dua
14
32
14.000,-
23.040,-
38.400,-
13
Telur Asin Air Panas
10
20
10.000,-
12.600,-
21.000,-
14
Kerupuk Tepung Tanjung Pauh
12
37
54.500,-
427.392,-
856.800,-
15
Dodol Kentang Lubuk Nagodang
26
169
244.000,-
2.660.226,-
5.437.350,-
16
Keripik Ubi Kemantan Hilir
15
15
3.600,-
2.700,-
10.800,-
17
Sirup Kayu Manis
89
170
318.750,-
382.500,-
637.500,-
Sumber :  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kerinci, Tahun 2006
Dari tabel diatas terlihat masih terbukanya pengembangan usaha industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan di Kabupaten Kerinci.
Pembangunan dan pengembangan Industri Kecil di daerah harus disesuaikan dengan kondisi wilayah yang bersangkutan, dengan memperhatikan keunggulan dan sosial budaya suatu wilayah pengembangan, serta memperhatikan faktor-faktor sumber daya alam, sumber daya manusia, penguasaan teknologi, akses pada teknologi, permodalan dan akses terhadap pasar dan sebagainya.
Pada saat ini keadaan usaha industri kecil dan menengah di Kabupaten Kerinci belum begitu memuaskan.  Hal ini terlihat dari masih kecilnya kontribusi sektor Lapangan Usaha Pengolaan terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci.  Untuk peningkatan kontribusi diperlukan sumber daya manusia pelaku usaha industri kecil di Kabupaten Kerinci yang memiliki kemampuan untuk menerima inovasi teknologi dan penambahan wawasan serta pengetahuan.
Disisi lainnya usaha industri kecil di Kabupaten Kerinci khususnya Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian menghadapi berbagai permasalahan yang cukup  krusial.  Secara spesifik terdapat beberapa permasalahan internal dalam pengembangan industri kecil.  Selain masalah keterbatasan penguasaaan dan pemilikan aset produksi, pengembangan sumber daya manusianya terhambat karena masyarakat pedesaan lebih terkosentrasi pada sektor pertanian.   Selain itu, kelembagaan usaha juga belum berkembang secara optimal dalam hal ketersediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi rakyat.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha.  Beberapa penulis menyatakan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan.  Begitu juga dengan industri kecil, apabila didalamnya terdapat sumber daya manusia yang berkualitas tentu akan menjadikan industri kecil akan berhasil. Oleh karena itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja bisnis. Terdapat berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam membangun kualitas sumber daya manusia.  Beberapa diantaranya adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia.yang meliputi aspek kompetensi, ketrampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya kosistensi mutu dan standarisasi produk serta wawasan kewirausahaan (Antoni, 2007).
Pengembangan industri kecil pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Kerinci dilakukan dengan peningkatan kinerja dari pengelola unit usaha industri kecil itu sendiri sehingga peningkatan kinerja unit usaha akan meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan daerah Kabupaten Kerinci. Pengelola atau pemilik unit usaha industri kecil harus mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab yang sudah dibebankan tersebut sehingga mendatangkan hasil atau kinerja seperti yang direncanakan. Kinerja dalam hal ini adalah kinerja pengelola atau pemilik unit usaha industri kecil.  Mondy dan Noe (1996) mendifinisikan kinerja adalah totalitas hasil kerja satu orang atau kelompok kerja dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan Robbin (1996)  mengatakan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: besar kecilnya tim kerja, tipe tugas yang dikerjakan, kepemimpinan, tingkat konflik organisasi. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kemampuan individu, sikap, minat, intelijensi, motivasi, keadaan fisiologis, konsep diri, kepribadian, prestasi yang merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Serta faktor dari luar diri individu seperti struktur tugas, iklim organisasi, kepemimpinan, imbalan, komunikasi, sarana prasarana, sistim kerja, budaya organisasi, insentif serta lingkungan kerja.
Kemampuan seorang Pengelola atau Pemilik unit usaha kecil yang diikuti dengan sikap, konsep diri, kepribadian akan berpengaruh terhadap kinerja.  Kemampuan dalam hal ini dapat berupa kemampuan bidang teknis, administrasi, kemampuan membaca peluang, kemampuan melaksanakan tanggung jawab, kemampuan bekerja keras, kemampuan mengambil keputusan.  Pada kenyataannya perkembangan unit usaha industri kecil pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Kerinci masih belum memuaskan, hal ini dapat dilihat dari kontribusi lapangan usaha yang bergerak di sector industri kecil terhadap PDRB Kabupaten Kerinci serta rendahnya pendapatan masyarakat yang bekerja disektor industri pengolahan.
Pendidikan merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat mengerjakan atau menjabat suatu jabatan. Karena dengan latar belakang pendidikan ini dianggap seseorang akan mampu menjabat suatu jabatan tertentu. Demikian juga halnya dengan suatu unit usaha industri, kemampuan pengelola, pemilik atau penanggung jawab termasuk karyawan yang ada sangat dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai sehingga mampu menerima, menerapkan upaya pengembangan usaha yang ditekuni.
Pada umumnya usaha industri kecil di pedesaan (khususnya di Kabupaten Kerinci) pada saat ini, dalam melakukan usahanya  masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga, jadi belum berorientasi pada pasar (market oriented). Terdapat beberapa kendala utama dalam pengembangan agroindustri di Indonesia. Kendala itu disebabkan masih rendahnya kemampuan teknologi, kualitas sumberdaya manusia (SDM).  Menurut Manik (2007) Sebagian besar SDM yang terlibat dalam agroindustri adalah orang-orang yang berasal dari lapisan bawah masyarakat di Indonesia. Kelompok masyarakat yang termarjinalisasi ini mencari tempat bergantung pada usaha kecil dengan penghasilan yang pas-pasan. SDM ini memiliki ketrampilan yang rendah, skill yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah Sebagian besar SDM yang terlibat dalam agroindustri adalah orang-orang yang berasal dari lapisan bawah masyarakat di Indonesia. Kelompok masyarakat yang termarjinalisasi ini mencari tempat bergantung pada usaha kecil dengan penghasilan yang pas-pasan. SDM ini memiliki ketrampilan yang rendah, skill yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah. Untuk memberdayakan SDM-agro hambatan utama yang dihadapi adalah rendahnya pendidikan.
Sementara itu pemisahan antara kekayaan pribadi pelaku usaha industri kecil dengan kekayaan unit usaha belum tertata, bahkan sering dicampuradukkan dengan tidak adanya pencatatan kegiatan usaha. Keadaan ini akan menyulitkan untuk menentukan bagaimana pendapatan dari usaha kecil yang dikelola mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pembukuan yang konsisten memang berat bagi usaha industri kecil, karena pada awalnya akan terjadi kerancuan antara penggunaan uang pribadi (harian) dengan uang biaya produksi (usaha).
Didalam pembinaan dan pengembangan oleh berbagai instansi berbagai program dijalankan melalui pendekatan proyek, sehingga program tersebut berjalan sebatas masa proyeknya. Begitu masa proyeknya selesai, maka program itu dilepaskan begitu saja. Perhatian para pelaksana atau instansi yang melaksanakan program tersebut hanya selama masa proyek, sehingga tidak menjamin adanya keberlanjutan dari usaha pemberdayaan usaha kecil. Dalam hal ini pemerintah sendiri tidak mempersiapkan tindakan yang harus dilakukan pasca proyek. Berbagai program dilakukan berbagai instansi nampak tidak terkoordinasi dengan baik. Masing-masing instansi melaksanakan programnya dengan mekanisme tersendiri dan dilapangan terjadi tumpang tindih.
Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan sejumlah kendala yang dihadapi usaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Secara ringkas, kendala yang dihadapi selain permodalan adalah pemasaran, pengadaan bahan baku, teknis produksi dan persaingan pasar (Karjantoro, 2002).
Dari uraian diatas dapat diketahui ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan kinerja usaha kecil dimaksud, yaitu: rendahnya pendidikan pelaku usaha industri, kurangnya permodalan serta kurangnya pembinaan oleh pemerintah terhadap usaha kecil.  Upaya yang dilakukan didalam pembinaan Industri Kecil dengan harapan menjadikan posisi Industri Kecil dan Menengah yang lebih maju, mandiri, tangguh dan berperan sebagai tulang punggung ekonomi nasional berbasiskan enokomi kerakyatan. Untuk mencapai harapan tersebut perlu pemantapan dan penguatan pembinaan Industri Kecil dan Menengah yang berdaya saing tinggi melalui berbagai upaya pembinaan.
Dalam upaya pengembangan usaha industri kecil pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Kerinci yang berbasis bahan baku lokal khususnya hasil pertanian dan perkebunan, maka penulis mencoba meneliti :
a.       Pengaruh pendidikan terhadap Kinerja Usaha  Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
b.      Pengaruh permodalan terhadap Kinerja Usaha  Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
c.       Pengaruh pembinaan oleh pemerintah terhadap Kinerja Usaha  Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
1.2.Rumusan Masalah
Dari uraian di atas sebenarnya Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci cukup potensial untuk dikembangkan, tapi dalam operasionalnya masih mengalami kendala-kendala, baik dari segi pendidikan, permodalan maupun pembinaan oleh pemerintah. Untuk itu permasalahan ini harus menjadi perhatian dari pemerintah.
Dengan potensi Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a.       Sejauhmana pendidikan berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
b.      Sejauhmana permodalan berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
c.       Sejauhmana pembinaan oleh pemerintah berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa:
a.       Pengaruh pendidikan terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
b.      Pengaruh permodalan terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
c.       Pengaruh pembinaan oleh pemerintah terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kerinci ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu :
a.       Untuk masyarakat atau pelaku usaha industri kecil dan menengah agar dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan khususnya tentang pendidikan, permodalan dan pembinaan oleh pemerintah dalam meningkatkan kinerja usaha yang dikelola.
b.      Untuk dinas yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan Kinerja Usaha Industri Kecil berkaitan dengan pendidikan, permodalan yang menunjang kegiatan mereka, melakukan pembinaan yang tepat sasaran dan mempermudah akses pendanaan terhadap masyarakat guna peningkatan peran serta mereka dalam pengembangan usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci.
Untuk peneliti sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Sains, dan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta ajang penelitian langsung untuk melihat seberapa besar pengaruh pendidikan, permodalan dan pembinaan oleh pemerintah terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian.